TANAMAN KELOR ( Moringa oleivera)
 kurang lebih 1 tahun saya tertarik dengan tanaman yang sering dibilang banyak orang sebagai tanaman ajaib, ada yang menyebutnya tanaman ini yang memiliki kekuatan magis, karena percaya tidak percaya tanaman ini di masyarakan pedalaman khususnya sering dijadikan sebagai bahan untuk mengusir makhluk halus. Tidak kalah tenar diluar negri pun banyak peneliti yang menggunakan tanaman ini sebagai bahan penelitiannya dan banyak peneliti luar yang menyebutkan dengan nama "The Miracle of Tree"


Moringa oleifera Lam (sinonim: Moringa pterygosperma Gaertner) yang kita kenal dengan nama Kelor adalah species yang paling terkenal dari tiga belas spesies genus Moringacae. Diduga memiliki asal-usul di Agra dan Oudh, terletak di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan. Nama "Shigon" untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada awal abad pertama Masehi. Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di India sejak ribuan tahun yang lalu. Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian mengandung minyak nabati dan mereka menggunakannya untuk tujuan pengobatan. Sekarang, masyarakat India pada umumnya memanfaatkan Kelor sebagai pakan ternak atau sayuran.

Pohon yang dapat tumbuh dengan cepat ini digambarkan dunia sebagai salah satu tanaman yang paling bergizi yang pernah dikenal. Daun memiliki kandungan betakaroten melebihi wortel, mengandung protein melebih kacang polong, lebih banyak mengandung vitamin C dibanding jeruk, kandungan kalsiumnya melebihi susu, mengandung zat besi lebih banyak dari bayam dan kandung kaliumnya lebih banyak dari pisang.
Belakangan ini, Kelor digunakan dengan sukses dalam memerangi kekurangan gizi pada anak-anak dan upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di banyak negara berkembang. Dunia pengobatan tradisional sudah lama menggunakan Kelor untuk pengobatan berbagai penyakit, termasuk pemulihan dari kerusakan hati. Kelor pun sering digunakan untuk melengkapi obat-obatan modern pada penderita sakit kronis termasuk mereka yang menderita AIDS dan penyakit yang terkait dengan HIV.
Hampir di setiap negara yang sudah menjadikan Kelor sebagai komoditas agribisnis, Kelor dimanfaatkan dalam berbagai cara dan menjadi komoditas utama sumber mata pencaharian petaninya. Pada umumnya ditanam untuk dimanfaatkan daun, buah, bunga dan akarnya, baik sebagai bahan pangan, obat-obatan, pewarna, pakan ternak dan penjernih air limbah. Masyarakat di negara-negara berkembang di Afrika dan Amerika latin, sudah menganggap Kelor sebagai bagian dari kebutuhan konsumsi harian, baik di pedesaan maupun perkotaan.
Tergantung pada tujuan dan kuantitas hasil panennya, masyarakat di negara-negara Afrika membuat pembibitan Kelor sebagai proyek komunitas melalui kelompok tani, atau dalam skala kecil di tingkat keluarga. Pohon Kelor berfungsi sebagai penahan angin, untuk pengendalian erosi tanah, pagar hidup, sebagai tanaman hias, atau tumpangsari bersama tanaman lain yang tidak memerlukan sinar matahari langsung.
Pengembangan Kelor sebagai tanaman penting bagi masyarakat di negara-negara berkembang di Afrika, terbukti efektif dan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan.

Para peneliti di berbagai negara seakan berlomba untuk melaporkan hasil penelitiannya yang menguatkan Kelor sebagai tanaman ajaib. Penelitian yang dilakukan oleh Dahot (1998) melaporkan bahwa dalam ekstrak daun Kelor mengandung protein dengan berat molekul rendah yang mempunyai aktivitas antibakteri dan antijamur, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Meitzer dan Martin (2000), daun Kelor yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk antibiotika. Makkar dan Becker (1997) melaporkan bahwa daun Kelor mengandung 27% protein. Sebagai sumber protein, daun Kelor memiliki kandungan asam amino esensial seimbang (Makkar and Becker, 1996).
Tepung daun Kelor memiliki beberapa zat hypotensif, antikanker, dan antibakterial antara lain, niacimicin dan pterygospermin. Selain itu daun Kelor juga memiliki zat antioksidan antara lain sitosterol dan glukopyranoside (Guevara et al., 1999).

Sedikit dahulu mengenai tanaman kelor yang saya berikan untuk lebih lengkapnya anda bisa menggunjungi situs web Kelorina.com
untuk mengetahui tentang kelor dan manfaat lain dari tanaman kelor ini.
Terimakasih.

Tressa

Daftar Pustaka
  • Makkar H, Becker K (1997). Nutrients and anti-quality factors in different morphological parts of the Moringa oleifera tree. J. Agri. Sci. Cambridge. 128: 311-322.
  • Guevaraa AP, Vargasa C, Sakuraib H, Fujiwarab Y, Hashimotob K, Maokab T, Kozukac M, Itoc Y, Tokudad H, Nishinod H (1999). An antitumor promoter from Moringa oleifera Lam. Mutat. Res. 440:181-188.
 

Comments

Popular Posts