EMULSI ( FARMASI FISIKA)
Emulsi adalah suatu sistem yang
tidak stabil secara termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair
yang tidak bercampur, dimana satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola
dalam fase cair lain. Sistem dibuat stabil dengan dengan adanya suatu zat
pengemulsi.Diameter partikel dari fase terdispersi umumnya berkisar dari 0,1 –
µm, walaupun partikel terkecil 0,01 µm dan sebesar 100µm bukan tidak biasa
dalam beberapa sediaan (Martin, A. 1990).
Tipe emulsi, salah satu fase cair
dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh : air ), sedangkan
lainnya relatif nonpolar ( sebagai contoh : minyak ). Bila fase minyak
didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem tersebut
dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w). Bila fase minyak bertindak
sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam
minyak (w/o). Emulsi obat untuk pemberian oral biasanya dari tipe o/w dan
membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi o/w. Zat pengemulsi tipe ini
termasuk zat sintetik yang aktif pada permukaan dan bersifat nonionik, akasia,
(gom), tragacanth, dan gelatin. Tetapi tidak semua emulsi yang dipergunakan
termasuk tipe o/w. Makanan tertentu seperti mentega dan beberapa saus salad
merupakan emulsi tipe w/o (Lachman, L. 1994).
Untuk mengetahui proses terbentuknya
emulsi di kenal 4 macam teori yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut
pandan yang berbeda. Teori tersebut diantaanya :
1. Teori
tegangan permukaan (Surface Tension)
Molekul
memiliki daya tarik-menarik antara molekul yang sejenis yang di sebut daya
kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik-menarik antara
molekul-molekul yang tidak sejenis, yang disebut daya adesi. Daya kohesi suatu
zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan
tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi
pada permukaan tersebut dinamakan Tegangan permukaan. Dengan cara yang sama
dapat dijelaskan terjadinya terjadinya perbedaan tegangan budan batab 2 cairan
yang tidak dapat bercampur( immiscisble liquid). Tegangan yang terjadi antar
dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas (interfacial tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan
semakin sulitnya kedua zat tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada
air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa
elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu
antara lain sabun. Dalam teori ini dikatan bahwa peambahan emulgator akan
menurunkan, menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur
(Tungadi, R. 2014).
2. Teori
orietasi bentuk biji (orientasi wedge).
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi2 kelompok
yakni :
a. Kelompok
hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
b. Kelompok
lipofilik, yaitu bagian yang suka pada minyak.
Masing-masing
kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya. Kelompok hidrofil ke
dalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak. Dengan demikian emulgator seolah-oleh
menjadi tali pengikat antara air dan minyak dan antara kedua kelompok tersebut
akan membuat suatu keseimbangan. Setiap jenis emulgator memiliki harga
keseimbangan yang bersarnya tidak sama. Harga keseimbangan itu dikenal dengan
istilah HLB (hydrophyl lipophyl balance) yaitu angka yang menunjukan
perbandingan antara kelompok lipofil dan kelompok hidrofil. Semakin besar harga
HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka pada air, itu artinya emulgator
tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian sebaliknya (Rowe. R 2009).
3. Teori interfacial film
Teori ini mengatakan bahwa emulgator
akan di serap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan fil
yang akan membungkus partikel fase dispersi. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain fase dipersi menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum pada emulsi,syarat emulgator yang di pakai adalah :
a.
Dapat membuat lapisan film yang kuat
tapi lunak. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispersi
b. Jumlahnya
cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispersi
c. Dapat
membentuk lapisan film denhan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel
denhan segera
4. Teori electrik double layer (lapisan listrik
rangkap)
Jika minyak terdispersi
kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak
akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunya muatan yang
berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap
partikel minyak dilindungu oleh 2 batan glapisan listrik yang saling
berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak
yang akan mengadakan penggabungan menjadi satu molekul yang besar, karena
susunan listrik yang menyekubungi setiap partikel minyak mempunya susunan yang
sama. Dengan demikian antara sesama partikelakan tolak-menolak dan stabilitas
emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh sala satu dari
ketiga cara dibawah ini :
a.
Terjadinya ionisasi dari molekul
pada permukaan partikel.
b.
Terjadinnya absorbsi ion oleh
partikel dari cairan di sekitarnya
c.
Terjadinya gesekan partikel dengan
cairan di sekitarnya
Jenis emulgator
a. Produk alam,
karakternya pada permukaan adalah film multimolekuler.
b. Zat padat
terbagi halus, karakternya pada permukaan adalah solipart.
c. Surfaktan
(anionik, kationik, ionik), semuanya ataupun pada imimnya surfaktan mempunyai
harga HLB yang di tetapkan antara 3-6 meghasilkan emulsi A/M, HKB antara 8-18
menghasilkan emulsi M/A.
Kegunaan suatu emulgator ditinjau dari harga HLBnya
sebagai berikut (Syamsuni, 2006) :
Harga HLB
|
Kegunaan
|
1 – 3
4 – 6
7 – 9
8 – 18
13 – 15
10 – 18
|
Anti foaming agent
Emulgator tipe w/o
Bahan pembasah (wetting agent)
Emulgator tipe o/w
Detergent
Kelarutan (solubilizing agent)
|
Sistem HLB adalah metode untuk menentukan HLB-butuh suatu bahan
dengan menggunakan berbagai bahan pengemulsi standar dengan nilai HLB tertentu
sebagai alat bantu
Cara menentukan tipe emulsi :
a. Metode zat
warna
Kedalam
emulsi ditambahkan zat warna tertentu, yang larut dalam air atau minyak.
1.
Sudan III : Zat warna
merah yang larut dalam minyak tetapi tidak larut dalam air.
2.
Methylen blue : Zat
biru yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam minyak
b. Metode
electrical conductivity
Metode ini
berdasarkan bahwa air dapat menghantarkan arus listrik sedangkan minyak tidak
dapat menghantarkan arus listrik.
c. Metode
pengenceran fase
Setetes
emulsi dilihat pada mikroskop dan ditetesi air, bila segera terencerkan makan
tipe emulsi adalah M/A dan jika tidak terencerkan maka tipe emulsi adalah A/M.
Ketidakstabilan emulsi :
a. Floktulasi
dan creaming, pemisahan emulsi menjadi beberapa lapisan cairan, masing masing
lapisan menjadi fase dispersi yang berbeda.
b. Cracking
atau breaking, merupakan pecahnya emulsi, dan bersifat irreversible.
c. Infersi
fase, berubahnya tipe emulsi minyak dalam air menjadi air dalam minyak atau
sebaliknya.
Gambar Ketidakstabilan Emulsi
A. HLB
Tipe suatu
emulsi yang dihasilkan bergantung pada sifat emulgator (zat pengemulsi) yang
digunakan dalam suatu formula . karakteristik ini dikenal sebagai Hidrophile –
Lipophile Balance (HLB). Umumnya masing-masing zat pengemulsi mempunyai suatu
bagian hidrofilik dengan salah satu diantaranya lebih atau kurang dominan dalam
mempengaruhi dengan cara yang telah diuraikan untuk membentuk tipe emulsi.
suatu metode telah dipikirkan dimana zat pengemulsi dan zat aktif permukaan
dapat digolongkan susunan kimianya sebagai keseimbangan HLB nya. Dengan
metode ini setiap zat mempunyai harga HLB atau angka yang menunjukan polaritas
dari zat tersebut. Walaupun angka tersebut telah ditentukan sampai
kira-kira 40, kisar lazimnya antara 1 dan 20. Bahan-bahan yang sangat polar
atau hidrofilik angkanya lebih besar daripada bahan-bahan yang kurang polar dan
nlebih lipofilik. umumnya zat aktif permukaan itu mempunyai harga HLB yang
ditetapkan antara 3 sampai 6 dan menghasilkan emulsi air-dalam-minhyak.
Sedangkan zat-zat yang mempunyai harga HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan
emulsi minyak – dalam – air. tipe aktivitas yang diharapkan dari surfaktan
dengan harga HLB yang telah ditetapkan terdapat dalam tabel berikut (Martin,
Alfred, 1994) :
AKTIVITAS
|
HLB
|
ANTIBUSA
|
1 SAMPAI 3
|
PENGEMULSI
(W/O)
|
3 SAMPAI 6
|
ZAT
PEMBASAH
|
7 SAMPAI 9
|
PENGEMULSI
(O/W)
|
8 SAMPAI 18
|
PELARUT
|
15 SAMPAI 20
|
DETERGEN
|
13 SAMPAI 15
|
B. Stabilitas
Emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap
tidak stabil secara fisik jika (Anief, M. 2007):
a. Fase dalam
atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan,
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun
ke dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam, dan
c. jika semua
atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu
lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan
hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam disamping itu suatu emulsi
mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta
perubahan fisika dan kimia lainnya (Anief, M. 2007).
Agregasi atau penggabungan. Agregat
dari bulatan fase dalam mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk naik ke
permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi daripada partikel-partikelnya
sendiri. Terjadinya bulatan-bulatan seperti itu disebut “creaming” dari emulsi
tersebut dan apabila tidak terjadi penggabungan maka akan merupakan proses yang
bolak-balik. Kerusakan yang lebih besar daripada creaming pada suatu emulsi
adalah penggabungan bulatan-bulatan fase dalam dan pemisahan fase tersebut
menjadi suatu lapisan. Pemisahan fase dalam dari emulsi tersebut disebut
“pemecahan” (breaking) emulsi dan emulsinya disebut “pecah” atau “retak” (cracked).
Hal ini bersifat reversibel karena lapisan lapisan pelindung di sekitar
bulatan-bulatan fase terdispersi tidak ada lagi. Usaha untuk menstabilkan
kembali emulsi tersebut dengan pengocokan, dari dua lapisan yang memisah
umumnya gagal. Biasanya diperlukan zat pengemulsi tambahan dan pemrosesan
kembali dengan mesin yang sesuai untuk dapat memproduksi emulsi kembali.
Umumnya harus berhati-hati guna melindungi emulsi terhadap efek dingin dan
panas . Apabila terjadi pembekuan kemudian mencair, emulsi akan menjadi kasar
dan kadang-kadang pecah. Panas yang berlebihan akan memberikan pengaruh yang
sama.
II.2. Uraian Bahan
1.
Air suling (Dirjen POM : 1979)
Nama Resmi : Aqua
destillata
Nama Lain : Aquades, air suling
RM\BM : H2O\18,02
Rumus
Molekul : H H
O
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
Penggunaan : Sebagai fasa cair
2.
Alkohol(Dirjen POM
: 1979)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol, alcohol
RM/BM : C2H6O / 46,07
RS
Pemerian : Cairantakberwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p, dan dalameter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Untuk mensterilkan alat
3. Span 80 (Dirjen POM : 1979)
Nama Resmi : Sorbotin
Monooleat
Nama lain : Span 80
Rumus Molekul :
Pemerian : Larutan
berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik dari asam lemak
Kelarutan : Praktis
tidak larut, tetapi terdispersi dalam air, dapat bercampur dengan alkohol,
seidikit larut dalam minyak kapas.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe minyak
HLB butuh : 4,3
4. Tween 80 (Dirjen POM : 1979)
Nama Resmi : Polyoxyethyllene
sorbitan monooleate
Nama lain : Tween 20
RM/BM : C32H60O10 / 1310
g/mol
Rumus Molekul :
Pemerian : Cairan
kentalseperti minyak, jernih kuning, bau karakteristik dari asam lemak
Kelarutan : Mudah
larut dalam air, dalam etanol 95 % P, dalam etanol P, sukar larut dalam parafin
cair P dan dalam minyak biji kapas P.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai emulgator tipe air
HLB butuh : 15,0
5. Parafin
(Dirjen POM : 1979)
Nama Resmi : Paraffinum
Liquidum
Nama lain : Parafin cair
Rumus
Molekul :
Pemerian : Cairan
kental transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampr tidak berbau,
hampir tidak berasa.
Kelarutan : Tidak
larut dalam air dan dalam etanol 95% P, larut dalam kloroform P, dan dalam eter
P.
Peyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai fase minyak
6. MetilenBiru (Dirjen POM
: 1979)
NamaResmi : MethylthioniniChloridum
Nama lain : Birumetilen, Metilenbiru
RM/BM : C16H18CIN3S.2H2O / 372,90
Rumus Molekul :
Pemerian : Serbuk hablur mengkilat seperti logam
atau suram kehijauan tua atau serbuk warna coklat, hamper tidak berbau, dan higroskopik
Kelarutan : Larutdalam 40 bagian air, dalam 110 bagianetanoldandalam 450 kloroform P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Lautan uji tipe emulsi
DAFTAR
PUSTAKA
Anief,
M. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
Ketiga. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Jenkins, G.L.1957).Scoville’s;The Art Of Compounding Ninth Edition. McGraw-Hill Book Company Inc:New York,
Toronto.
Jufri. M, 2004. Formulasi Gameksan Dalam Bentuk Mikroemulsi. Departemen Faemasi
FMIPA-UI: Depok
Lachman, L. 1994, “Teori dan Praktek Farmasi Industri”, UI-Press, Jakarta
Martin, A. 2008.
Farmasi Fisika Edisi Keempat Jilid II. UI
Press : Jakarta
Martin, A. 1990. Farmasi
Fisika Edisi Ketiga Jilid I. UI Press : Jakarta
Martin, Alfred, 1994, “Farmasi Fisik”,
UI-Press, Jakarta
Rowe,R.C, J.Sheskey, Paul. E Quinn, Marian. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients
Six The Edition. American: Pharmaceutical Press and American
Voight,
R. 1994. Buku Pelajaran Farmasi Edisi V. Gadjah
Mada Press: Yogyakarta.
Comments
Post a Comment