LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1
’’Pengenalan
Hewan Coba dan Rute Pemberian Obat’’
06 April 2015
Di susun oleh
Kelompok 2
·
Yuni
Destriyani ( 0661 13 137)
·
Mila Rosa (0661 13
146)
·
Tressa
Amandha Demia (0661 13
157)
·
Agung
Sopyan (0661 13
165)
Dosen pembimbing :
·
Drh. Mien
R.,M.Sc.,ph.D
·
E.mulyati
Effendi,.MS
·
Yulianita,.S.Farm
·
Nisa
Najwa,.S.Fam.,Apt
Asisten Dosen :
·
Yunita
LABORATORIUM
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PAKUAN
BOGOR
2015
LEMBAR
PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1
’’Pengenalan
Hewan Coba dan Rute Pemberian Obat’’
Yuni Destriani Mila
Rosa
( 0661 13
137) (0661 13 146)
Tressa
Amandha D Agung
Sopian
(066113157) (066113165)
BAB I
PENDAHULUAN
I.I
Tujuan
percobaan
· Mengetahui
beberapa hewan yang dapat digunakan untuk pengujian obat
· Mengetahui
cara pemberian obat
· Mengetahui
pengaruh obat yang diberikan secara berbeda rute pemberian
I.2
Latar
Belakang
Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga
kini. Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari
subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga
digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat
sebelum diberikan kepada manusia.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu
penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan
yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan
lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah
tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip
kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat dan lebih mudah
menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan.
I.3
Hipotesis
·
Metode yang paling baik di gunkan
adalah peroral karna dapar di peroleh efek yang sistemik yaitu obat
beredar ke seluruh tubuh
·
Urethan menimbulkan efek anaestasi,
menurunkan aktifitas, dan membuat mengantuk
·
Menurut literatur, pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat secara umum
dilakukan karena mudah, aman, dan murah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya hewan percobaan dapat merupakan suatu
kunci dalam mengembangkan suatu penelitian dan telah banyak berjasa bagi ilmu
pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit seperti:
malaria, filariasis, demam berdarah, TBC, gangguan jiwa dan semacam bentuk
kanker. Hewan percobaan tersebut oleh karena sebagai alternatif terakhir
sebagai animal model. Setelah melihat beberapa kemungkinan peranan hewan
percobaan, maka dengan berkurangnya atau bahkan tidak tersedianya hewan
percobaan, akan berakibat penurunan standar keselamatan obat-obatan dan vaksin,
bahkan dapat melumpuhkan beberapa riset medis yang sangat dibutuhkan manusia
(Sulaksono,1992:318).
Hewan coba/hewan uji atau sering disebut hewan
laboratorium adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian
biologik. Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau
obat pada manusia. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah
telah berjalan sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pola kebijaksanaan
pembangunan nasional bahkan internasional, dalam rangka keselamatan umat
manusia di dunia adalah adanya Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang
segi etik percobaan yang menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan
perlunya diakukan percobaan pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis
maupun riset lainnya dilakukan atau diperlakukan terhadap manusia, sehingga
dengan demikian jelas hewan percobaan mempunyai mission di dalam
keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat manusia melalui suatu
penelitian biomedis (Sulaksono,1992:321).
Hewan
percobaan yang biasa digunakan pada penelitian farmakologi antara lain :
·
Mencit
· Tikus
·
Kelinci
·
Hamster
·
Kucing
· Kera
·
Anjing
Rute
pemberian obat ( Routes of Administration ) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan
biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini
berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah
fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini
menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu
tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G, 1989).
Rute penggunaan obat dapat dengan cara:
a. Melalui rute oral
b. Melalui rute parenteral
c. Melalui rute inhalasi
d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainya
e. Melalui rute kulit (Anief, 1990).
a. Melalui rute oral
b. Melalui rute parenteral
c. Melalui rute inhalasi
d. Melalui rute membran mukosa seperti mata, hidung, telinga, vagina dan sebagainya
e. Melalui rute kulit (Anief, 1990).
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual
(bawah lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui
intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses
penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain,
seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak
melibatkan proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan
kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah
inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses
penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat.
Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi
aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan ( Siswandono dan Soekardjo,
B., 1995).
Memilih rute
penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi
pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:
· Tujuan
terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
· Apakah kerja
awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
· Stabilitas
obat di dalam lambung atau usus
· Keamanan
relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
· Rute yang
tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
· Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan
obat melalui bermacam-macam rute
BAB
III
METODE
KERJA
III.1
Alat
dan Bahan
· Alat
ü Jarum
suntik
ü Lap
ü Pinset
ü Sarung
tangan
ü Timbangan
hewan coba
· Bahan
ü Kelinci
ü Mencit
ü Tikus
III.2 Cara
kerja
Ø Penanganan Hewan Coba
1.
Disiapkan hewan
coba (mencit, tikus, kelinci) dan alat yang digunakan
2.
Ditimbang masing
– masing berat hewan coba (mencit, tikus, kelinci) yang akan digunakan
3.
Kemudiaan
diamati keadaan biologi hewan coba meliputi ; frekuensi jantung, laju nafas,
tonus otot, kesadaran, rasa nyeri, dan gejala lainnya bila ada
4.
Dicatat hasil
pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Data
biologis hewan coba
Pengamatan
|
Hewan Coba
|
||
kelinci
|
Tikus
|
Mencit
|
|
Bobot badan
|
200 g
|
227 g
|
18 g
|
Frekuensi jantung
|
100 @ 25
|
128 @ 32
|
128 @ 32
|
Laju nafas
|
80 @ 20
|
120 @ 30
|
132 @ 33
|
Refleks
|
++
|
+++
|
+++
|
Tonus otot
|
+++
|
+++
|
++
|
Kesadaran
|
+++
|
+++
|
++
|
Rasa nyeri
|
+++
|
+++
|
+++
|
Gejala lain:
|
|
|
|
Urinasi
|
-
|
_
|
-
|
Defekasi
|
-
|
-
|
-
|
Salivasi
|
-
|
_
|
-
|
Kejang
|
-
|
_
|
-
|
IV.
2 Pembahasan
Pada percobaan
mengenai penanganan hewan coba ini kami melakukan pengujian secara biologis.
Berat badan dari hewan coba itu sendiri adalah , Mencit seberat 18gr , Tikus
seberat 227gr , dan kelinci seberat 200gr.
Pada frekuensi jantung dalam 1 menit yaitu ; mencit
sebanyak 128x/menit , Tikus sebanyak 128x/ menit dan Kelinci sebanyak
100x/menit . Frekuensi denyut jantung antara lain
dipengaruhi oleh temperatur tubuh atau stimulasi reseptor panas pada kulit,
emosi, ketakutan, hormonal, dan usia.
Pada laju nafasnya yaitu untuk mencit = 132x/menit ,
untuk tikus = 120x/menit , untuk kelinci = 80x/menit , Faktor
yang mempengaruhi respirasi/pernapasan
itu sendiri adalah faktor emosi, temperatur
tubuh, ketakutan, hormonal, jenis kelamin, dan usia.
Untuk uji reflek, tonus otot ,kesadaran dan rasa nyeri,
pada mencit , kelinci & tikus hasilnya adalah masih baik , hal ini
disebabkan karena pada saat praktek, tikus , kelinci dan mencit masih dalam
keadaan sadar / tanpa pembiusan sehingga tidak menimbulkan efek yang
mempengaruhi gerak atau rasa nyeri pada hewan coba.
BAB V
KESIMPULAN
Dari
data biologis yang di dapat selama praktikum megenai penanganan hewan coba
yaitu pada tikus, mencit dan kelinci, maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Berat badan dari hewan coba itu sendiri adalah ,
Mencit seberat 18gr , Tikus seberat 227gr , dan kelinci seberat 200gr.
2. Pada frekuensi jantung dalam 1 menit yaitu ; mencit
sebanyak 128x/menit Tikus sebanyak 128x/ menit dan Kelinci sebanyak 100x/menit
3. Pada laju nafasnya yaitu untuk mencit = 132x/menit ,
untuk tikus = 120x/menit , untuk kelinci = 80x/menit
4. Untuk uji reflek, tonus otot ,kesadaran dan rasa
nyeri, pada mencit , kelinci & tikus hasilnya adalah masih baik
Dan ada beberapa factor yang
mempengaruhi diantaranya besar factor adalah dari factor lingkungan sekitar dan
kondisi dalam tubuh sepeti hormonal contohnya.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung,
B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik.
Edisi VI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hal. 351.
Sulaksono,
M.E., 1992. Faktor Keturunan dan
Lingkungan Menentukan Karakteristik
Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta.
Amori, G. (1996). Mus musculus. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2007.
Diakses pada 2007-01-09.
Comments
Post a Comment